Apakah
yang Sebenarnya Paling Berbahaya di Laboratorium ?
Autoklaf
menjadi pertimbangan dalam hal ini. Alat yang digunakan oleh ilmuan untuk
mensterilkan alat dengan uap panasnya menjadi pertimbangan dalam hal sesuatu
yang paling bahaya di laboratorium. Atau pertimbangan lainnya yaitu head gun
yang digunakan untuk mengeringkan gelas dan untuk menghangatkan perangkat
distilasi. Hal ini juga memicu sesuatu kejadian yang menyebabkan kebakaran dan
ledakan yang tiba-tiba, tanpa bisa diperkirakan. Wadah kaca dalam ruang vakum
dapat meledak dan menghamburkan pecahan beling ke segala arah. Lain lagi dengan
centrifuge, rotor centrifuge bisa gagal dan menyebabkan ledakan dengan isi
bahan kimia.Vessel bajajuga menjadi pertimbangan dengan memiliki beban tekanan
yang tinggi berisi cairan maupun gas yang dapat meledak dan melemparkan logam
kepada para pekerja. Namun tidak satu pun dari instrument tersebut yang hampir
sama berbahayanya dengan satu-satunya hal yang ditemukan di setiap laboratorium
di bumi ini, yaitu kita.
Ketika
kecelakaan laboratorium menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian,
kesalahan yang dilakukan oleh manusia biasanya menjadi penyebab utamanya dan
paling pantas dipersalahkan. Pada tahun 1997, Elizabeth Griffin, 22 tahun, seorang
peneliti primate di Universitas Emory terkena kotoran monyet di matanya akibat
lemparan yang dilakukan oleh monyet yang ia teliti, pada saat itu ia tidak
mengenakan kacamata pelindung. Akhirnya setelah enam minggu ia meninggal karena
komplikasi Herpes B yang berasal dari kotoran monyet tersebut.
Setahun
sebelum kejadian Elizabeth, seorang professor bernama Wetterhahn sengaja
meneteskan dimetilmerkuri ke tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan. Kemudian
bahan kimia tersebut merembes dengan cepat melelui sarung tangannya. Singkat cerita,
10 bulan kemudian ia meninggal karena keracunan merkuri.
Pada
tahun 2009, Sheharbano Shangji, 23 tahun, seorang asisten laboratorium di
Universitas of California di Los Angles terbakar dan meninggal akibat tidak
menggunakan jas laboratorium tahan api setelah api merambat dan menyambar
sweaternya.
Semua
kecelakaan diatas mungkin sering sekali terjadi di sekolah-sekolah dan lembaga
pendidikan. James Kaufman seorang presiden nirlaba Laboratory Safety Institute
mengatakan bahwa tingkat kecelakaan laboratorium di sekolah dan perguruan
tinggi 100 kali lebih besar daripada kecelakaan di industry kimia. Walaupun begitu,
tetapi tidak ada yang mengetahui jumlah persis kasus yang terjadi. Badan Statistik
AS hanya mencatat kecelakaan pada laboratorium professional. Sementara Dow, DuPont
dan produsen bahan kimia lainnya menegakkan keselamatan laboratorium yang
ketat.
Tugas-tugas
atau pekerjaan laboratorium rutin yang menewaskan orang-orang diatas sebenarnya
lebih berbahaya dari supercolliders atau juga bahaya biosafety tingkat IV.
Gigi
Gronvall seorang ahli imunologi di University of Pittsburgh Center untuk
Biosekuriti mengatakan bahwa “Hal yang paling berbahaya adalah kesalahan
manusia, dan laboratorium dengan standar yang tinggi (baik kedisiplinan dan
fasilitasnya) memiliki bahaya yang jauh lebih kecil”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar